Jumat, 18 November 2011

SINOPSIS FILM " LASKAR PELANGI"


Laskar pelangi adalah salah satu film yang menurut saya fenomenal dengan latar cerita setelah pertama Film dibuka sampai gambar indah panorama Belitung,kesitidak karyawan tambang timah sampai narasi tokoh utama,Haikal, yang menceritakan kilas balik perjalanan hidupnya.Sampai kemudian gambar menunjukkan sebuah bangunan reyot dari kayu sampai papan nama hijau bertuliskan "SD Muhammadiyah ".Disitulah cerita itu berpusat.Cerita tentang kegigihan seorang lelaki tua-diperankan oleh Ikranegara-mempertahankan keberadaan sebuah sekolah.Sebuah sekolah yang disebutnya menilai kecerdasan anak tidak sampai angka-angka tapi sampai hati.Cerita tentang idealisme seorang guru perempuan yang menolak tawaran - tawaran mengajar di tempat lain demi keinginan untuk mengajari anak -anak miskin yang berada disekolah tersebut.

Hidup terkadang getir dan laskar pelangi adalah kegetiran itu.Rumah kayu reyot sampai penerangan lampu minyak tanah,sepeda rongsokan,isi rumah yang muram,sekolah yang hampir roboh dan anak-anak kumal yang ke sekolah bertelanjang kaki.Dan kegetiran itu dihadapkan secara kontras sampai kemakmuran mereka yang berada di dalam tembok PN Timah.Sekolah yang lebih bagus dan lengkap fasilitasnya,anak-anak di dalam tembok yang bermain sepatu roda.Sementara di balik kawat teralis anak-anak miskin hanya bisa menyaksikan sampai menahan air liur untuk kemudian petugas keamanan akan mengusirnya.

Kekontrasan itu kemudian disatukan dalam sebuah adegan saat anak-anak SD Muhammadiyah harus mengikuti ujian di SD PN Timah.Kekontrasan itu semakin menohok saat anak-anak kumal mesti berada dalam satu ruangan sampai anak-anak SD PN Timah yang jauh lebih "bersih".Pandangan aneh yang menyergap saat anak-anak kumal itu ke sekolah tanpa berseragam dan mengenakan sandal,kekikukan yang tak mampu ditutupi di wajah Bu Guru Muslimah-diperankan secara apik oleh Cut Mini Theo- dan pandangan meremehkan dari guru-guru pengawas ujian. Ada sebuah nilai yang barangkali mesti kita petik, saat kita lebih suka menilai orang dari apa yang dikenakannya. Saat kita menjadi minder dan tidak percaya diri di saat berada dalam hal ini.

Ada sedikit catatan yang sebenarnya tidak terlalu mengganggu.Saat film dimulai tulisan menyebutkan bahwa kejadian itu berlangsung pada tahun 1974.Namun di tahun itu jalan-jalan Belitung sudah dilapis aspal yang lumayan mulus.Saya masih ingat,bahkan sampai awal tahun 1980-an,jalan raya dekat rumah yang merupakan akses ke wisata Pantai Parangtritis Yogyakarta,masih penuh lubang dan berlumpur di waktu hujan.Kemudian ada foto Buya Hamka-ketua MUI di masa Orde Baru- di samping foto KH Ahmad Dahlan di dinding sekolah.Barangkali di tahun 1974 Buya Hamka belumlah setua itu.Satu lagi problem tentang anak sekolah yang tidak mampu membeli sepatu,di tahun itu rasanya memakai sepatu untuk anak SD belumlah sepenting di saat sekarang.

Namun film ini juga mengingatkan properti masa lalu dan kemudian secara geli saya ikut mentertawakannya.Mahar,seorang anak yang suka mendengarkan radio,berkali-kali menjemur baterai agar bisa dipergunakan kembali.Di masa lalu baterai untuk radio memang tidak langsung dibuang saat sudah habis tenaganya,melainkan dijemur untuk kemudian dipergunakan lagi bahkan sampai baterai mengeluarkan cairan kekuning-kuningan.Kebiasaan Ayah Haikal membersihkan kaca lampu tempel adalah kebiasaan masa kecil yang selalu saya lakukan di sore hari.Haikal yang memakai pomade dan ibu saya membiasakan saya untuk memakainya saat berangkat sekolah.Juga setrika jago yang memakai arang,di mana saat setrika sudah sedemikian panas maka dilandasan setrika mesti ditaruh di atas daun pasang segar agar panasnya setrika tersebut segera turun.

Secara keseluruhan film ini bertutur sampai lancar.Gambar-gambar muram silih berganti sampai gambar-gambar terang dan indah.Dukungan dari pemain-pemain Senior berkarakter menambah apik film ini.Kredit poin patut diberikan kepada Cut Mini Theo yang mampu lebur dalam watak yang diperankannya.Cut Mini Theo tampil sangat wajar sampai aksen Melayu yang jauh dari kesan dibuat-buat.Film ini juga mampu merubah genre sebuah tontonan yang biasanya berkisar pada horor dan tampilan "cling" dan kemewahan.

Namun kekhawatiran saya terbukti.Di tengah-tengah film berlangsung saya tidak mampu menyembunyikan perasaan yang larut dalam suasana film yang terbangun.Kalau toh kemudian mata saya berkaca-kaca,karena kegetiran itu memang tidak mengenal batas dan tidak tahu akan berhenti di mana dan berlaku untuk siapa.Sampai seorang anak pesisir miskin yang cerdas mesti menjadi kepala rumah tangga dan bertenggung jawab membesarkan ketiga adiknya karena ayahnya mengalami kecelakaan saat melaut.

Di Akhir penghujung cerita ini akan ada pendatang baru yang membuat kelompok mereka bertambah jumlahnya menjadi 11 orang. Seorang gadis tomboy dari keluarga kaya raya. Ayahnya adalah seorang berpendidikan tinggi dan memiliki pengaruh pada suatu perusahaan milik BUMN di Pulau Belitong. Sangat kontras bila membandingkannya dengan murid-murid Laskar Pelangi lainnya. Dengan kedatangan pendatangan baru yang bernama Flo pada akhir cerita ini, alur cerita semakin menarik dan petualangan kehidupan para Laskar Pelangi lebih banyak melewati cobaan, rintangan, tantangan, dan pertentangan yang pada saat melihatnya akan membuat kita selalu penasaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar